Metrotvnews.com, Melbourne: Baryalai Rahimi memilih untuk meninggalkan tanah kelahirannya, Afghanistan, karena ingin mencari kehidupan yang lebih baik. Negara tujuannya adalah Australia. Setelah melewati berbagai hambatan, ia berhasil menginjakkan kaki di negeri Kanguru pada 1986.
Sebelum ke Australia, Rahimi beserta keluarga mencoba peruntungan di Turki. Sambil belajar bahasa Inggris, Rahimi bekerja guna mendapatkan uang yang bisa digunakan untuk menghidupi keluarga tercinta.
Selama di Turki pula Rahimi sering mendengar soal Australia dari beberapa kerabat. Dari berbagai cerita yang didapat, Rahimi memberi kesimpulan bahwa kans bekerja dan mendapatkan penghasilan di negeri Kanguru sangat besar.
Tiba waktunya bagi Rahimi untuk mengepak koper dan memberanikan diri membawa keluarga terbang jauh ke tanah Australia. Bekalnya kala itu hanya segelintir uang, kemahiran dalam memasak, serta kemampuan berbahasa Inggris yang tidak seberapa.
Sesampainya di Australia, Rahimi langsung memberanikan diri untuk bekerja di sektor pemerintahan. Sebagian dari uang yang didapat dipakai olehnya untuk kuliah di jenjang diploma.
(Baca juga: Mengenal 150 Budaya dalam Satu Hari di Pasar Pinggiran Kota Melbourne)
Bertahun-tahun waktu Rahimi habis untuk kuliah dan bekerja. Hingga suatu hari, Rahimi memutuskan untuk banting setir. Ia memilih untuk berhenti dari pekerjaannya dan mencoba untuk berwirausaha. Ia merasa perlu melakukan hal itu karena sadar uang yang diterima dari pekerjaan sebelumnya tidak akan mencukupi kebutuhan keluarga ketika anak-anaknya sudah beranjak dewasa.
"Saya akhirnya memilih untuk membuka restoran pada 1996. Saya hanya modal nekat ketika itu. Sebab, saya tidak punya pengalaman berbisnis. Saya cuma tahu soal makanan karena gemar memasak," kisahnya kepada Metrotvnews.com beberapa waktu lalu.
Ketidaktahuan soal dunia wirausaha dan modal yang seadanya membuat usaha Rahimi mandek. Restorannya yang menyajikan masakan khas Afghanistan tak dilirik banyak orang. Promosi yang dilakukan Rahimi juga tidak berjalan lancar karena restoran bernama Afghan Rahimi Restaurant tersebut jauh dari pusat kota, yakni di daerah Dandenong yang notabene 35 km dari Kota Melbourne, Australia.
"Kerabat sudah memperingatkan saya. Mereka menganggap lokasi restoran saya berada, yakni di Thomas Street adalah 'daerah mati'," kenang Rahimi.
(Suasana restoran milik Rahimi)
Toh, Rahimi tidak putus asa. Ia terus menggeluti usaha tersebut karena yakin suatu saat warga Melbourne akan menyadari kenikmatan cita rasa masakan Afghan Rahimi Restaurant.
Butuh waktu hingga enam tahun bagi Rahimi untuk menuai sukses. Namun satu hal yang ia sesali, kesuksesan muncul setelah tragedi serangan teroris oleh militan Al Qaeda di Menara Kembar World Trade Center di New York pada 11 September 2001.
Setelah kejadian itu, apapun yang berkaitan dengan Afghanistan mendadak primadona. Termasuk restoran milik Rahimi. Maklum, Afghanistan kala itu disinyalir menjadi tempat berlindung para militan Al-Qaeda.
"Tiba-tiba semua media besar di Australia mendatangi saya. Peristiwa itu terjadi pada awal 2002. Semua orang mendadak ingin tahu soal kami," katanya.
(Restoran milik Rahimi mendadak terkenal dan dikunjungi oleh Chef Matt Preston, pria yang kini dikenal sebagai juri Masterchef Australia)
Meski memiliki "embel-embel" Afghanistan, Rahimi tak lantas mendapat perlakuan rasialis dari warga Australia yang bermukim di Melbourne. Justru statusnya sebagai imigran negara berpenduduk 32 juta itu memberikan berkah.
"Warga Australia tahu kejadian yang sebenarnya. Mereka tahu serangan ke WTC tidak merepresentasikan Afghanistan secara keseluruhan. Justru, mereka jadi lebih ingin mengenal saya dan keluarga. Hingga akhirnya satu per satu mulai mengunjungi restoran saya," cerita Rahimi.
Keberuntungan dan sikap pantang menyerah Rahimi berbuah kesuksesan. Kini, restoran miliknya selalu penuh pengunjung. Bahkan saking terlalu ramai, pengunjung disarankan memesan terlebih dahulu untuk mendapatkan tempat.
(Makanan andalan Afghan Rahimi Restaurant)
"Dandenong sudah berubah. Thomas Street sudah bukan lagi daerah mati. Dulu, hanya ada empat toko di daerah sini. Sekarang, sudah tak terhitung jumlahnya. Selain itu Anda bakal kesulitan mencari tempat parkir di wilayah ini," ujar Rahimi dengan semangat.
Kini, Rahimi sedang menikmati kesuksesan. Di sela-sela kesibukan mengelola Afghan Rahimi Restaurant, Rahimi menyempatkan diri travelling.
"Saya senang berpergian ke luar negeri. Sebisa mungkin, dua tahun sekali saya pulang ke Afghanistan. Namun tahukah Anda negara mana selain Australia yang berkesan buat saya? Indonesia! Sebagai seorang muslim, Indonesia adalah tempat yang istimewa. Saya bisa menemukan banyak Masjid indah di sana," ujar Rahimi menutup obrolan.
Baca Berita Asal
Kisah Imigran Afghanistan di Australia Pasca Serangan 11 September 2001
Rona Kehidupan
Bagikan Berita Ini
Tuesday, October 4, 2016
Rona Kehidupan
0 Response to "Kisah Imigran Afghanistan di Australia Pasca Serangan 11 September 2001"
Post a Comment