Search This Blog

Kerapu Arafura dan Kepiting Papua Andalan Restoran Kemayangan Gandaria

Metrotvnews.com, Jakarta: "Koki saya awalnya enggak percaya. Kepalanya sudah berkerut  aja. ‘Mana bisa ikan kerapu beku  jadi enak untuk dikukus (steam). Sudah pasti hasilnya jelek, katanya. Tetapi, akhirnya dicoba juga. Dimasak. Habis itu, ‘Oke pak saya ikut, ini lebih enak daripada life (hidup).”

Yohan Budirahayu pemilik Restoran Kemayangan sedang bercerita soal asal usul bahan baku menu andalannya,  ‘kerapu steam’.  Sang koki yang ia ceritakan  sebelumnya hanya percaya bahwa sajian ikan kerapu steam hanya  enak dari ikan hidup, bukan ikan beku.

Yang dimaksud ikan kerapu hidup, tentu bukan ikan itu dimakan hidup-hidup. Anda pasti paham. Maksudnya, pengunjung restoran memilih ikan yang masih hidup untuk kemudian diolah oleh koki. Sementara ikan mati yang dimaksud yaitu sajian dengan bahan baku ikan yang sebelumnya sudah disimpan di lemari pendingin di mana restoran menerima ikan dari distributornya sudah dalam keadaan beku.

Biasanya penggemar hidangan laut memang beranggapan  kerapu yang nikmat adalah kerapu yang tidak melalui proses pembekuan atau kerapu hidup.  Tetapi Yohan mengaku beruntung,  bisa mendapatkan bahan baku ikan kerapu yang standarnya tinggi, meski ikannya melalui proses pengemasan.

Kuncinya adalah, ikan kerapu tersebut disuplai oleh perusahaan di Arafura, yang mengembangkan budidaya organik. Di penangkarannya, kerapu-kerapu itu hanya diberi makan makanan organik, bukan pelet. Selain itu, proses pengemasannya pun cukup baik. Dalam kemasan, insang dan isi perut Ikan sudah disingkirkan. Ini membuat ikan tidak berbau dan masih segar ketika akan diolah.

“Sisiknya tetap ada karena itu yang menahan cairan di dalam ikan.  Jadi kalau kita pegang, masih berlendir,  seperti baru kita angkat dari tambak. Makanya kita di dapur  masaknya enak karena bahannya bagus, keluarnya bagus. Kami enak. Yang didapur yakin. (Kalau bahannya begini) orang pasti suka,” ujar Yohan.

Membedakan kerapu yang dibudidayakan secara organik dan kerapu yang diberi makan pelet dalam penangkaran menurutnya mudah. Tinggal lihat bagian pangkal ekor.  Kerapu yang biasa diberi makan pelet memiliki tanda-tanda hitam, sedangkan kerapu yang organik, putih mulus. Kerapu organik juga tidak diberi hormon, dan obat penggemuk.

 “Ternyata yang ‘life’ itu kadang dari tambak. Kalau kerapu yang dikasih makanan pelet di bagian ekor kerapu ada hitam sedikit,”  tutur Yohan.

Hidangan ikan kerapu punya penggemar sendiri. Teksturnya lembut dan dagingnya yang lezat, membuat kerapu masuk kedalam level atas di daftar hidangan laut. Di Kemayangan, kerapu dibanderol dengan harga 50 ribu per 100 gram. Restoran ini menyediakannya dalam berbagai menu seperti saus kecap, saus tauco, saus tauzi dan saos nyonya.  

“Kerapu steam paling banyak penggemar orang tua  karena enggak banyak minyak.  Kita enggak takut kolestrol dan lain-lain karena prosesnya bagus. Kulitnya banyak kolagen dan kandungan omeganya tinggi. Kalau ikan kurang bagus, yang kondisi begitu enggak bisa didapat,” kata Yohan.

Selain kerapu steam,  Kemayangan juga menyajikan menu varian lain, seperti kerapu goreng dan sate kerapu, fillet yang dihidangkan dengan bumbu kecap.

Restoran Kemayangan sendiri baru buka sekitar sembilan bulan lalu di Gandaria I No39, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Selain kerapu yang menjadi andalan, restoran dengan tagline “Chinese peranakan cuisine restaurant”  ini memiliki menu andalan lain seperti  hidangan kepiting yang langsung didatangkan dari Papua. Yang menarik adalah hidangan tahu yang bahan bakunya dibuat sendiri sehingga bebas zat pengawet.

Harga
 Ada tiga bagian ruangan di restoran ini. Ruangan makan biasa, dua VIP room, yang bisa dipesan untuk rapat atau pertemuan. Selain itu terdapat tiga meja di bagian luar ruangan.  Ada juga musala di bagian samping ruangan.

Tempat parkir yang disediakan bisa menampung sekitar 8 mobil.  Untuk ukuran restoran di wilayah Gandaria, tempat parkirnya cukup luas.

Harga makanan di restoran ini juga relatif murah untuk kategori restoran seafood terutama yang berdiri dengan bangunan permanen dan di kawasan Gandaria pula.  Kepala kakap misalnya dibanderol 75 ribu, pepes ikan bumbu bali Rp35 ribu. Kepiting, 300—400 gr, dihargai Rp150 ribu.  Yang menariknya saat ini pihak restoran mengadakan promo beli satu dapat dua untuk menu kepiting.  “Harganya tidak jauh beda dengan harga yang ditawarkan di seafood kaki lima,” kata Adhi Supriadi, marketing Restoran Kemayangan.

Meski bangunannya apik dengan eksterior ala oriental, Kemayangan enggan mengusung citra sebagai restoran untuk mengenah keatas.  Pemiliknya lebih tertarik berbagi soal kuliner yang memanjakan selera, ketimbang menjual pernak-pernik interior dan eksterior ruangan  untuk menarik pengunjung yang senang berfoto selfie.

“Biasanya kan sekarang banyak yang tempat makan trennya yang asyik jadi tempat orang foto-foto selfie. ‘Makan tempat’ ya istilahnya. Kalau kami konsepnya, ya mau makan enak ya di sini. Kalau tempat ya begini saja. Kalau rasa dijamin deh, dan halal juga ya,” kata Adhi.
Baca Berita Asal
Kerapu Arafura dan Kepiting Papua Andalan Restoran Kemayangan Gandaria
Rona Kehidupan

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kerapu Arafura dan Kepiting Papua Andalan Restoran Kemayangan Gandaria"

Post a Comment

Powered by Blogger.