Studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association tersebut melihat pada 613 pasien pilihan secara acak dari 10 kota di Kanada yang terdiagnosa asma dalam lima tahun terakhir.
Setelah melakukan beberapa tes penapasan mendetail dengan dokter ahli paru, ternyata sebanyak 33 persen atau 203 pasien tidak mengidap penyakit tersebut. Selain itu, sekitar 181 pasien (30 persen) terus menunjukkan tidak ada bukti klinis atau laboratorium terkena asma setelah 12 bulan masa tindak lanjut.
Para peneliti berspekulasi, kegagalan konfirmasi pada diagnosa sebelumnya oleh dokter bisa jadi disebabkan karena remisi spontan atau salah diagnosa.
"Sulit mengatakan berapa banyak pasien yang memang salah diagnosa dan berapa banyak penderita asma yang tidak aktif lagi," ujar pemimpin studi Shawn Aaron, ilmuwan senior di Ottawa Hospital dan professor di University of Ottawa.
Menurut studi tersebut, 80 persen dari pasien yang ternyata tak memiliki asma telah mengonsumsi obat-obatan asma, dan 35 persen diantaranya mengonsumsi tiap hari.
Studi tersebut juga menemukan bahwa kebanyakan dokter tidak melakukan tes yang dibutuhkan untuk mengonfirmasi diagnosa asma. Mereka membuat diagnosa berdasarkan gejala pasien dan pengamatan sendiri.
"Kita perlu mengedukasi para dokter dan masyarakat untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Asma bisa mematikan, jadi para pasien sebaiknya tidak berinisiatif mengkonsumsi obat-obatan tanpa konsultasi pada dokter lebih dulu," tambah Aaron.
Diagnosa asma cukup sulit karena terdapat beberapa jenis yang harus diidentifikasi, dimana semua memiliki pemicu dan gejala yang berbeda. Asma dapat bersifat episodik, relaps, atau remisi dimana tak bisa didiagnosa hanya dalam satu kali pertemuan.
Baca Berita Asal
Studi: Banyak Penderita Asma Salah Didiagnosa
Rona Kehidupan
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Studi: Banyak Penderita Asma Salah Didiagnosa"
Post a Comment