Penelitian melibatkan lebih dari 1.500 wanita yang telah didiagnosis mengidap kanker payudara pada tahun 1996 dan 1997. Para peserta studi dipantau selama hampir 20 tahun.
Hasilnya, mengonsumsi asupan makanan yang dimasak dengan cara dipanggang meningkatkan risiko 23 persen kematian.
Namun, penelitian ini belum bisa mengungkapkan hubungan mengonsumsi daging panggang dengan risiko kematian setelah divonis mengidap kanker payudara.
"Ini bukan uji coba klinis secara acak, di mana peserta dialokasikan secara acak untuk menerima paparan atau tidak," kata Gammon. Dia seorang profesor epidemiologi di University of North Carolina di Chapel Hill.
Hasil studi yang dipublikasikan dalam Journal of National Cancer Institute menyebutkan, para peserta penelitian berasal dari Long Island, N.Y. Para peserta diwawancarai mengenai kebiasaan makan mereka setelah diagnosis kanker payudara.
Para peneliti memperhitungkan banyak faktor dalam mengklasifikasikan asupan daging yang dikonsumsi, termasuk jenis daging dimakan dan musim.
Setelah hampir 18 tahun tindak lanjut, para peneliti menemukan bahwa hampir 600 perempuan meninggal, 237 dari mereka akibat komplikasi kanker payudara.
Dari temuan tersebut, para peneliti kemudian melihat jenis dan jumlah daging yang dikonsumsi memiliki link dengan risiko kematian selama periode penelitian.
Dalam catatan latar belakang, para peneliti menunjukkan bahwa hidrokarbon berbahaya yang diciptakan saat memanggang dan mengasapi daging dikaitkan dengan kanker payudara.
Untuk meminimalkan risiko, American Cancer Society menyarankan memilih potongan daging yang ramping, tanpa lemak.
Sebab, saat dipanggang, lemak menetes ke bara panas, menyebabkan asap mengandung zat karsinogen (penyebab kanker). Selain itu, disarankan untuk tidak mengonsumsi bagian daging panggang yang dmasak hingga hitam.
Baca Berita Asal
Daging Panggang dan Risiko Kanker Payudara
Rona Kehidupan
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Daging Panggang dan Risiko Kanker Payudara"
Post a Comment