Nah, kini ada aplikasi baru karya anak bangsa yang bisa membantu mencari tahu seberapa besar kalori pada makanan atau minuman yang dikonsumsi, yakni Tuingle. Untuk dapat menggunakannya bisa download di App Store dan Playstore.
Cara memakainya pun cukup mudah. Pertama, potret makanan atau minuman yang akan dikonsumsi (snap), lalu scan. Kemudian, akan muncul kandungan nutrisi makanan tersebut, seperti lemak, protein, karbohidrat dan kalori. Lalu, foto tersebut bisa diunggah di Tuingle maupun sosial media yang lain, seperti Facebook dan Instagram.
Saat ini sudah ada 300 ribu data makanan nusantara maupun dari berbagai belahan dunia yang sudah masuk dalam sistem Tuingle. Seperti misalnya gado-gado, bakso, hamburger, lasagna dan masih banyak lagi.
Jika pada suatu waktu men-snap dan scan makanan atau minuman, belum terdeteksi oleh sistem, maka dengan sendirinya makanan tersebut akan masuk dalam data yang nantinya akan diolah oleh tim yang kemudian akan diidentifikasikan, lalu dicari kandungannya bersama ahli nutrisi (nutrisian).
"Kita tidak akan stop berinovasi. Nantinya kami akan mempertajam akurasi food scanner, banyak bekerja dengan nutrisian, bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk bisa menyatukan misi kami balance life style. Kita juga nanti akan keluarkan artikel untuk mengedukasi apa guna kalori, atau motivasi biar orang hidup sehat, misalnya 'cheer up your day by eating strawberry in the morning'," jelas salah satu Co Founder Tungle Budi Dawis yang ditemui pada akhir acara, di Kem Chiks, Pacific Place, Jakarta Selatan, Kamis (28/4/2016).
Selain bisa men-snap, scan dan share, di dalam aplikasi ini terdapat "Stalkie" di mana pengguna bisa tahu kandungan makanan yang diposting oleh user lainnya dari seantero negeri. Aplikasi ini juga bisa dirancang untuk food diary, di mana pengguna bisa mengontrol sendiri jumlah asupan gizi yang dikonsumsi.
Menariknya lagi, lahirnya aplikasi ini adalah dari sekumpulan anak muda yang memiliki permasalahan masing-masing terhadap makanan. Mereka adalah Budi Dawis, Belinda Luis, Ramona Wirawan, dan Kenneth Karta.
(Foto:http://ift.tt/1NCrUJ6 Karismakristi)
Belinda menjelaskan awalnya di antara mereka ada yang gemar memotret makanan, ada juga yang suka mengecek seberapa banyak kalori dalam makanannya. Ada juga yang memiliki program berat badan, sakit, hingga mengalami alergi makanan.
"Akhirnya muncul ide, alangkah baiknya jika ada aplikasi yang bisa membantu itu semua. Di situ lah timbul ide Tuingle. Ini aplikasi pertama yang kamu persembahkan dari karya anak bangsa, the firts free food scanner in your phone," jelas Belinda.
Mereka memiliki satu visi dan misi yang sama, yakni memberi informasi dan edukasi gaya hidup seimbang dan tentunya ingin mengharumkan nama Indonesia di mata dunia melalui aplikasi ini. Dengan demikian, masyarakat akan sadar pentingnya hidup sehat dan memerhatikan asupan makanan dan minuman yang dikonsumsinya.
"Semoga downloader semakin banyak. Taget kita 1 juta dan terus growing. Selain itu bisa membantu banyak orang karena tidak semua orang bisa membayar nutrisionist untuk menjaga diet dan asupan gizi seimbang mereka. Dengan aplikasi ini tentu akan sangat membantu banyak orang, dan kami pun bisa terhubung ke banyak komunitas," pungkas Belinda.
Kini aplikasi food scanner yang masih berusia 1 tahun ini sudah memiliki 10 ribu pegguna dan meningkat setiap harinya.
Paling banyak user berasal dari Indonesia. Terbesar kedua adalah Amerika Serikat, diikuti India dan Prancis. Untuk lebih mengenalkan kepada masyarakat, mereka beberapa kali telah mengadakan kampanye di Kem Chicks.
Baca Berita Asal
Tuingle Dukung Gaya Hidup Seimbang
Rona Kehidupan
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tuingle Dukung Gaya Hidup Seimbang"
Post a Comment