Search This Blog

Pengendalian Resistensi Antibiotik Melibatkan 11 Negara Asia Pasifik

Metrotvnews.com, Jakarta: Resistensi antibiotik mulai mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak khususnya dunia medis. Hal tersebut terjadi mengingat 700 ribu jiwa meninggal setiap tahunnya akibat kebal terhadap antibiotik. 

"Jika tak segera ditangani, diperkirakan resistensi antibiotik akan memakan korban jiwa hingga 10 juta orang, dengan sekitar 4,7 juta diantaranya dari Asia, pada tahun 2050," ujar Dewi Indriani, Penanggungjawab Resistensi Antimikroba WHO Indonesia dalam acara media briefing One Health Approach, Selasa, 19 April.

Resistensi antibiotik terjadi karena adanya perubahan reaksi bakteri terhadap antibiotik sehingga obat antibiotik tidak ampuh lagi mengobati bakteri.

Karenanya, masalah kesehatan yang satu ini mulai mengancam ke beberapa sektor lain seperti keamanan global, ketahanan pangan, serta menjadi tantangan besar yang memberi dampak stabilitas ekonomi.

Tak hanya pada manusia, resistensi antibiotik juga bisa terjadi pada hewan dan tanaman.

Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Indonesia bersama 11 negara Asia Pasifik lainnya telah sepakat untuk bekerja sama dalam pengendalian resistensi antibiotik secara terpadu, kolaboratif, dan penguatan program melalui Rencana Aksi Nasional yang sejalan dengan Rencana Aksi Global dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Komitmen ini dicanangkan dalam pertemuan para menteri di Tokyo oleh WHO Regional Asia Tenggara (SEARO) dan Regional Pasifik Barat (WPRO) bersama Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang.

Rencana Aksi Global yang merupakan kolaborasi global dari WHO, FAO, dan OIE tersebut mencakup:
1. Meningkatkan kepedulian dan pemahaman tentang resistensi antibiotik melalui komunikasi, edukasi, dan pelatihan.
2. Memperkuat dasar pengetahuan dan bukti ilmiah melalui pengawasan dan penelitian.
3. Mengurangi insidensi infeksi dengan implementasi higienis-sanitasi yang efektif dan tindakan pencegahan.
4. Pengoptimalan penggunaan resistensi antibiotik.
5. Menyeimbangkan ketersediaan sumber daya nasional dan investasi dalam penemuan baru obat-obatan, perangkat diagnosa, dan vaksin, serta menyeimbangkan intervensi lain.

Selain itu, ada juga pendekatan One Health dimana melibatkan beberapa faktor seperti kesehatan, pertanian (termasuk peternakan dan kesehatan hewan) serta lingkungan. Di sini akan ada kerjasama dari WHO, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, dan Yayasan Orangtua Peduli.

"Dibutuhkan manajemen koordinasi lintas sektor antara kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan keamanan pangan, dengan melibatkan transdisiplin ilmu untuk menekan laju perkembangan resistensi antibiotik," ujar Imron Suandy, DVM, MVPH dari Direktorat Kesmavet Kementerian Pertanian.
Baca Berita Asal
Pengendalian Resistensi Antibiotik Melibatkan 11 Negara Asia Pasifik
Rona Kehidupan

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pengendalian Resistensi Antibiotik Melibatkan 11 Negara Asia Pasifik"

Post a Comment

Powered by Blogger.