Resistensi antibiotik terjadi karena adanya perubahan reaksi kuman bakteri terhadap antibiotik sehingga tidak ampuh lagi. Selain pada manusia, resistensi antibiotik juga bisa terjadi pada hewan dan tanaman.
Prof. Dr. dr. Kustaman, Ms., Sp.MK (K) dari Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) menjelaskan bahwa ada tiga penyebab munculnya resistensi antibiotik dalam tubuh manusia.
Pertama, pemakaian berlebih (overuse) karena kurangnya kontrol dari pihak pemberi antibiotik maupun inisiatif pengguna antibiotik.
"Lima puluh persen resistensi antibiotik terjadi karena overuse. Padahal seharusnya kita bisa menyimpan antibiotik tersebut sehingga tak cepat habis," ujarnya dalam acara media briefing One Health Approach, Jakarta, Selasa (19/4/2016).
Selanjutnya, penyalahgunaan antibiotik (misuse). Banyak orang yang menggunakan antibiotik tanpa anjuran dokter sehingga menimbulkan resistensi pada suatu antibiotik.
Terakhir, penggunaan di bawah dosis yang dianjurkan (underuse). Resistensi antibiotik bisa terjadi jika seseorang yang seharusnya rutin minum antibiotik tidak mematuhi perintah tersebut.
Pasien berhenti meminumnya, namun tak lama kemudian meminumnya kembali hingga habis. Sementara, bakteri dalam tubuh telah kebal.
Kustaman juga menjelaskan, ada proses seleksi dalam tubuh yang menyebabkan munculnya resistensi antibiotik.
"Dalam tubuh manusia ada satu milyar bakteri. Jika itu semua dibom, pasti akan ada setidaknya satu bakteri yang kebal dan menjadi berkembang," jelasnya.
Oleh karena itu, harus diakukan pencegahan seleksi di mana perlunya penggunaan antibiotik secara bijak dan dilakukan pelatihan profesional kepada para pihak yang terlibat di dalamnya.
Selain itu, ada juga proses penyebaran dalam resistensi antibiotik melalui kontak fisik dan udara.
"Makanya, cuci tangan dan patuh pada standard caution itu penting untuk pencegahan," katanya.
Baca Berita Asal
Tiga Penyebab Resistensi Antibiotik
Rona Kehidupan
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tiga Penyebab Resistensi Antibiotik"
Post a Comment