Search This Blog

Kanker pada Anak Paling Sulit Dideteksi

Metrotvnews.com, Jakarta: Bila pada orang dewasa deteksi dini kanker menjadi hal yang gencar disosialisasikan, tidak demikian pada anak-anak. Sosialisasi deteksi dini kanker pada anak hingga saat ini masih menjadi hal tersulit yang dapat dilakukan dalam riwayat penyakit kanker. Tidak hanya di Indonesia, tetapi seluruh dunia.

“Anak berbeda dengan orang dewasa. Mereka belum bisa membedakan dan merasakan bila ada sesuatu yang salah dengan tubuh. Itu salah satu yang membuat semakin sulit mendeteksi kanker pada anak sejak dini atau dalam kondisi stadium awal,” ujar Dokter Spesialis Anak dr Edi Setiawan Tehuteru, dalam diskusi dan peringatan hari kanker anak, di Balitbang Kementerian Kesehatan, Jakarta.

Edi mengatakan, pasien kanker anak umumnya akan diperiksa ketika orang tua menyadari adanya suatu gejala tidak biasa pada tubuh. Namun sayangnya, suatu gejala pada kanker umumnya menunjukkan tingkat keparahan penyakit yang sudah lanjut.

“Kanker ketika sudah menimbulkan gejala, hampir dapat dipastikan itu sudah pada stadium lanjut,” ujar Edi.

Satu-satunya jenis kanker anak yang menurut Edi dapat dideteksi dini ialah kanker bola mata atau retinoblastoma. Jenis kanker tersebut menjadi lebih mudah dideteksi karena menimbulkan perubahan warna dan pendar pada bola mata dalam keadaan gelap. Selain itu, tingkat pengaruh genetik pada kanker tersebut juga sangat tinggi. Dengan demikian, keluarga umumnya akan disarankan melakukan pemeriksaan rutin pada anak sejak lahir hingga usia 5 tahun bila memiliki riwayat anggota mengalami penyakit sejenis sebelumnya.

Selain sulit terdeteksi dini, penyakit kanker pada anak juga tidak dapat dicegah. Kanker pada anak akan muncul tanpa sebab yang pasti. Hingga saat ini, di seluruh dunia belum ada penelitian yang dapat mengungkap secara pasti penyebab seorang anak dapat terkena kanker.

“Namun ada beberapa faktor yang diyakini menjadi penyebab atau pemicu kanker pada anak, yakni genetik, kimia, virus, dan radiasi,” ujar Edi.

Penemuan kanker pada anak yang umumnya sudah pada stadium lanjut membuat harapan hidup dan selamat dari pasien kanker anak masih sangat kecil. Angka harapan hidup anak penderita kanker stadium lanjut umumnya hanya di bawah 25 persen.

“Tapi mayoritas saya tahu mereka tidak selamat. Karena memang sudah sangat sulit untuk diatasi bila stadium sudah lanjut,” ujar Edi.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, terdapat 16.291 kasus kanker pada anak berusia 0-14 tahun dan 50 persen di antaranya baru terdeteksi pada stadium lanjut. Data yang dihimpun Rumah Sakit Pusat Kanker Dharmais, Jakarta, juga menyebutkan, selama rentang waktu tahun 2006—2013, diketahui setiap tahun rata-rata hampir 50 persen pasien kanker anak datang dalam kondisi stadium lanjut. Jumlahnya juga terus meningkat setiap tahun.

Data dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa setiap tahunnya, ada lebih dari 175 ribu anak di dunia didiagnosis mengidap kanker. Sekitar 90 ribu di antaranya meninggal dunia. Angka kematian anak yang terkena kanker mencapai 50-60 persen. Hal tersebut menobatkan kanker sebagai penyebab kematian kedua terbesar pada anak di usia 5-14 tahun.

Leukimia atau yang umum diketahui sebagai kanker darah menjadi yang terbanyak menyerang aak-anak. Diikuti kanker bola mata atau retinoblastoma, kanker tulang atau osteosarkoma, kanker jaringan saraf atau neuroblastoma, kanker getah bening atau limfoma, dan kanker tenggorokan atau karsinona nasofaring.

Dokter Lily Sulistyowati, Direktur P2PTM Kemenkes mengatakan, meski jumlah anak penderita kanker tidak lebih dari dua persen dari keseluruhan penyakit kanker, namun hal ini tak boleh diremehkan. Karena, selain mengancam nyawa, kanker pada anak memngaruhi banyak aspek. Mulai dari keluarga, hingga kehidupan sang anak sendiri bila akhirnya berhasil selamat dan sembuh dari kanker.

“Biaya pengobatan kanker sangat tinggi, mahal, tetapi tingkat keberhasilannya sangat kecil,” ujar Lily.

Untuk itu, Lily mengatakan, diperlukan perhatian ekstra dari orang tua untuk memantau dan mewaspadai setiap gejala yang timbul pada tubuh anak. Gejala kanker kerap dikira penyakit yang biasa dialami anak. Misalnya, demam, pucat, dan lesu. Namun, orang tua menjadi harus mewaspdai dan memerikan ke dokter dengan lebih lanjut bila gejala-gejala tersebut berlangsung berulang dan dalam jangka waktu yang lama.

Untuk mencegah dengan lebih baik, pemeriksaan rutin juga sebaiknya dilakukan sejak masih dalam kandungan. Karena kanker juga sudah dapat timbul pada anak sejak dalam kandungan.

“Anak pada dasarnya senang bermain dan aktif. Bila mereka cenderung enggan bermain saja seharusnya orang tua sudah mulai memerhatikan lebih detail. Begitu juga sejak masih mengandung, pemeriksaat dan perhatian ektra harus terus diberikan. Semua itu dilakukan guna mencegah terjadinya penemuan penyakit yang terlambat atau terlanjur memasuki stadium lanjut, salah satunya kanker, dengan perhatian penuh dan pemeriksaan sejak dini ke rumah sakit,” ujar Lily.
Baca Berita Asal
Kanker pada Anak Paling Sulit Dideteksi
Rona Kehidupan

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kanker pada Anak Paling Sulit Dideteksi"

Post a Comment

Powered by Blogger.