Search This Blog

Sayangi Hiu Paus dengan Tidak Menyentuhnya

Metrotvnews.com, Jakarta: Kehebohan hiu paus di Gorontalo menjadi berkah sekaligus wahana belajar.

Tidak sampai 10 meter dari jalan raya, pantai sudah terlihat. Suara teriakan pengunjung maupun dari pengeras suara petugas pun terdengar. Sore itu, perahu-perahu kayu yang membawa pengunjung untuk melihat dan memberi makan hiu paus, Rhincodon typus, menumpuk di satu titik.

Suara takjub pengunjung, jepretan kamera, maupun telepon seluler terdengar riuh. Mereka berteriak memanggil nama Sherli, maupun Bima, yakni nama paus itu.

Para orangtua maupun anak-anak di atas perahu sibuk minta difoto saat hiu paus mendekati perahu mereka. Begitu kepala paus membentur badan perahu dan mulutnya menganga minta makan, di situlah para pengunjung berekspresi sambil berteriak.

Namun, rapatnya perahu satu dan lainnya membuat hiu tidak leluasa bergerak dan sering membentur kayu. Sebab itu, jangan heran bila Anda bertemu dan hiu paus yang sekitar bibirnya penuh borok.

"Itu sudah lumayan bu, sudah disuntik dan diobati petugas dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)," ujar pendayung perahu yang membawa sejumlah wartawan.

Dari atas perahu pengunjung juga bisa melihat secara jelas aktivitas para penyelam, ikan-ikan hias, dan karang karena masih jernihnya air laut.

Kian tersohor

Sejak diresmikan pada 17 April 2016 oleh Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, objek wisata hiu paus di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila, Bone, Kabupaten Gorontalo, itu cukup menyedot perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.

"Biasanya 200-300 pengunjung per hari, kini bisa 1.000-an, apalagi mulai Jumat sampai Minggu," ujar salah seorang pendayung perahu yang membawa pengunjung ke pantai. Kehadiran hiu paus yang merupakan fenomena alam tersebut (baru empat bulan) tentu mendatangkan rezeki bagi penduduk setempat maupun nelayan.

Sebagian besar pemilik perahu pun lebih menyewakan perahunya untuk wisatawan ketimbang mencari ikan. "Saya bisa dapat Rp200 ribu per hari. Paling sepi Rp100 ribu. Itu sudah bersih, saya sudah bayar sewa perahu," ujar si pembawa perahu lagi.

Selain pemilik perahu, warga sekitar juga ketiban rezeki karena mereka mulai berjualan dan menyewakan toilet di rumah mereka untuk bilas para pengunjung yang snorkeling maupun berenang di pantai. Sebabnya, pemerintah setempat belum mendirikan fasilitas toilet dan tempat bilas.

Perhitungkan konservasi

Namun, cara pengunjung berinteraksi dengan hewan sepanjang 9 meter hingga 16 meter itu sungguh mengkhawatirkan para pecinta lingkungan maupun wisatawan hijau. Salah satunya Arian Timmerman, turis asal Den Haag, Belanda. Ia setuju kehadiran paus sejak 4 bulan lalu itu baik untuk menambah kesejahteraan masyarakat sekitar. Namun, objek wisata baru itu harus ditata demi kelangsungan paus.

"Petugas harus mengatur jumlah perahu di pantai, jangan menumpuk supaya tidak ditabrak hiu dan melukai mulut mereka. Suara dari pengeras suara juga tidak perlu itu membuat bising, menambah crowded, dan membuat hiu tidak nyaman. Pengunjung termasuk saya merasa tidak nyaman," jelas Arian yang didampingi suaminya, Timmerman.

Tangan-tangan para pengunjung yang membelai-belai kepala paus saat memberi makan, tambahnya, juga harus dihentikan karena tidak baik buat kesehatan paus.

Pemberian makan juga harus dijadwal, bukan setiap saat, dan diberikan petugas. "Paus itu hewan liar, jangan sampai mengubah sifat dan kebiasaan perilaku mereka. Jangan sampai perlakuan yang salah itu membuat paus pergi karena tidak nyaman, dan kalian kehilangan destinasi wisata yang indah ini" ujar Arian lagi. Namun, ia berjanji akan turut mempromosikan Gorontalo kepada teman-temannya di Belanda.

"If I go back home, of course I will tell to all my friends about this natural phenomenon. I would say: 'if you go to Sulawesi, don't forget to Gorontalo. There are whale sharks there," tambah Arian dan Timmerman, yang mengaku tidak menjamah paus, sekalipun mereka menyelam.

Apa yang dikhawatirkan Ariman diakui Oktaf, salah seorang pemandu wisata Gorontalo. Menurutnya, kelompok sadar wisata sudah berulang kali meminta pemerintah setempat memberikan fasilitas yang bisa meminimalisasi kerusakan pada paus.

Misalnya, memberikan bantuan kredit perahu karet supaya ketika paus muncul tidak terluka saat membentur perahu. "Kami juga mengusulkan supaya pemberian makan oleh petugas saja dengan jadwal khusus, dan pengunjung cukup menyaksikan dari perahu," ujar Oktaf.

Eksotis dan Relatif Terjangkau

Wisata hiu paus (whale sharks) yang menyedot perhatian wisatawan, peneliti lokal dan internasional membuat Pemerintah Provinsi Gorontalo menjadikannya sebagai objek wisata baru.

Objek wisata baru lainnya, Pulau Cinta, ialah pulau pasir berbentuk jantung (love) di perairan Kabupaten Boalemo. Para wisatawan bisa menikmati sunrise dan sunset dari resor di pulau tersebut.

Kemudian ada Oile Resort di kabupaten Gorontalo Utara. Sebelumnya, destinasi wisata yang menjadi unggulan ialah Taman Laut Olele, Pulau Saronde, Benteng Otanaha, Lombongo, Pentadio Resort, Hutan Nantu, Perkampungan Suku Bajo, dan Iluta yang merupakan tempat pendaratan Presiden Soekarno dulu.

Taman Laut Olele memiliki keunikan bawah air, yakni terdapat salvador coral yang hanya ada di tiga tempat di dunia, yakni Brasil, Bunaken di Sulawesi Utara, dan Olele yang cuma berjarak 23 km atau 60 menit dari Kota Gorontalo. Pulau Saronde terlihat eksotis, cantik, dan alami dengan pasir putih halus di sepanjang pantai.


(Dok. Pantai Paus & Travel)

Pulau yang terletak di Kecamatan Kwandang Gorontalo Utara itu hanya berjarak 60 km dari Kota Gorontalo atau sekitar 1 jam dari Bandara Jalaluddin yang baru diresmikan sebulan lalu.

Tiga hari

Di pulau yang memerlukan waktu 15 menit dengan kapal dari dermaga itu, para pengunjung bisa menginap di resor atau memasang tenda. Banyak juga wisatawan yang datang pagi hari bersama keluarga dan kembali sore hari setelah menyaksikan mata hari terbenam.

Menurut Oktaf, pemandu wisata Gorontalo, dan Direktur operasional Grand Q Hotel Nikson Tahir, sebetulnya biaya tidak terlalu mahal untuk mengunjungi destinasi wisata itu.

"Saya kira berlibur tiga malam empat hari dengan biaya Rp5 juta-Rp6 juta sudah termasuk tiket pesawat sudah bisa menikmati objek wisata di sini," ujar Oktaf.

Sementara itu, wisatawan yang menginap di hotel Grand Q, kata Nikson, juga mengikuti paket tur dengan biaya Rp250 ribu per hari.

Hingga September

Terkait objek wisata baru hiu paus di Desa Botuberani, Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informasi provinsi Gorontalo M Jamal Nganro, mengatakan pihaknya belum berani membangun fasilitas memadai, seperti dermaga apung di lokasi tersebut. Sebabnya, menurut peneliti, hewan yang muncul pada awal Maret 2016 itu merupakan fenomena alam dan diperkirakan hanya sampai September tahun ini.

"Kita tunggu sampai September, kalau tetap ada berarti itu berkah bagi masyarakat Gorontalo," ujar Jamal. Di sisi lain, menurut hasil penelitian lembaga penelitian hiu paus, Whale Shark Indonesia (WSI) pada 12-30 April 2016, terdapat 17 individu di lokasi itu. Semuanya berkelamin jantan. Penelitian itu akan terus dilakukan hingga Oktober 2016.

Beberapa lokasi tempat kemunculan hiu paus di Indonesia ialah Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Talisayan Kalimantan Timur, Probolinggo Jawa Timur, Pulau Weh Aceh, dan Gorontalo.

"Panjang total rata-rata berkisar 3 sampai 7 meter. Dari panjang itu, hiu paus di Botubarani dikategorikan juvenil atau belum dewasa," kata Mahardika Rizqi Himawan dari WSI, beberapa waktu lalu. Tubuh hiu paus riskan terluka bila berbenturan dengan kapal sehingga pengelola wisata harus mengatur jarak kapal dan melarang pengunjung menyentuh hiu.

Peneliti juga mengungkapkan faktor lain yang membuat hiu paus betah berada di perairan di Botuberani ialah adanya aliran air bekas pencucian udang vaname dari PT Sinar Ponula Deheto yang dibuang ke pantai. Air itu mengandung sari-sari dan kulit udang yang mengundang hiu paus datang untuk makan.

"Seharusnya hiu paus tidak diberi makan untuk menjaga perilaku alamiahnya. Namun, yang terjadi di Gorontalo, ikan ini sudah mengalami perubahan perilaku. Diketuk perahunya saja ikan sudah datang," tambah Rizqi.  (M-1)
Baca Berita Asal
Sayangi Hiu Paus dengan Tidak Menyentuhnya
Rona Kehidupan

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sayangi Hiu Paus dengan Tidak Menyentuhnya"

Post a Comment

Powered by Blogger.